Info Tentang [Lowongan Dosen dan Pegawai] JALAN SUFI SEORANG GUS DUR Update Terbaru 2017 Gratis

Sedikit Info Seputar [Lowongan Dosen dan Pegawai] JALAN SUFI SEORANG GUS DUR Terbaru 2017 - Hay gaes kali ini team Fiber Android, kali ini akan membahas artikel dengan judul [Lowongan Dosen dan Pegawai] JALAN SUFI SEORANG GUS DUR, kami selaku Team Fiber Android telah mempersiapkan artikel ini untuk sobat sobat yang menyukai Fiber Android. semoga isi postingan tentang Artikel Lowongan Dosen dan Pegawai, yang saya posting kali ini dapat dipahami dengan mudah serta memberi manfa'at bagi kalian semua, walaupun tidak sempurna setidaknya artikel kami memberi sedikit informasi kepada kalian semua. ok langsung simak aja sob
Judul: Berbagi Info Seputar [Lowongan Dosen dan Pegawai] JALAN SUFI SEORANG GUS DUR Full Update Terbaru
link: [Lowongan Dosen dan Pegawai] JALAN SUFI SEORANG GUS DUR
"jangan lupa baca juga artikel dari kami yang lain dibawah"

Artikel Terbaru [Lowongan Dosen dan Pegawai] JALAN SUFI SEORANG GUS DUR Update Terlengkap 2017

jogjacamps.blogspot.com - Mengingat kembali perjalanan kehidupan seorang gus dur, maka kita akan melihat sebuah perjalanan spiritual yg mengagumkan. Sebuah jalan spiritual yg dipadukan dan dihiasi dgn begitu apik dgn pernak pernik sikap kemanusiaan.
JALAN SUFI SEORANG GUS DUR

Gus Dur memang fenomenal. Ketika beliau masih hidup di tengah-tengah masyarakat Indonesia, beliau mampu menjadi lokomotif yg dpt menggerakkan masyarakat luas untk berfikir kedepan. Begitu pula ketika beliau telah wafat, peninggalan beliau dlm berbagai bentuk pemikiran tetap kuat mengakar sebagai pedoman hidup bahkan pedoman bagi penciptaan pemikiran baru sebagai upaya melanjutkan pemikiran beliau terdahulu. Inilah bagian dari kenyataan tentang pribadi beliau yg memang tetap dikenang, harum namanya, khususnya dlm keharuman spiritualitas beliau sehingga tak sedikit masyarakat yg menjadikan beliau sebagai guru spiritual yg mampu memberikan solusi dan pencerahan terhadap tiap permasalahan hidup. Bahkan dlm kesempatan tertentu, kualitas beliau sebagai guru spiritual telah mampu membebaskan bentuk-bentuk kehidupan yg kurang mendapat penerimaan di mata publik, seperti kasus kehidupan Dorce, Inul dan lain sebagainya. Karena itu, setidaknya ada dua hal yg perlu diperhatikan dlm posisi beliau sebagai guru spiritual ini, yakni, pertama, bahwa konteks spiritual beliau tak hanya dihadapkan untk memaknai dan memecahkan simbol-simbol tertentu dari gagasan spiritual yg sudah mapan / yg belum mapan, tapi pemahaman tentang wilayah spiritual perlu dipandang sebagai wilayah syariah dan sufisme yg luas dan tak terbatas pd beberapa bidang tertentu dan melalaikan bidang lainnya. Kedua, untk memberikan penjelasan terhadap jalan spiritualitas seorang Gus Dur, maka terlebih dahulu perlu memberikan konsep dasar / kerangka konseptual tentang tugas penting kemanusiaan baik dlm konteks sosial maupun spiritual untk membangun hubungan yg dpt digunakan sebagai titik tolak perspektif diri, baik dlm memandang kejadian hidup sebagai konsekuwensi sosial maupun spiritual.

Dalam khasanah tasawuf, kualitas pemikiran dan spiritual seorang Gus Dur dipandang oleh sebagian kalangan sebagai kualitas kewalian beliau yg dlm wilayah tertentu -sosiologi tasawuf- dianggap sebagai sesuatu yg menyelisihi kebiasaan umum dan pd wilayah lain penuh dgn misteri, karenannya masyarakat baik abangan maupun santri memiliki pandangan beragam terhadap diri beliau, dan ketika seorang ulama besar -mursyid thariqah- ditanya tentang kewalian beliau, ulama besar tersebut menjawab, tunggu saja sampai beliau meninggal dunia. Jawaban ni seolah mengajak kita untk berfikir tentang pribadi beliau secara lebih jauh, guna mengambil ‘sesuatu’ yg penting dlm sejarah hidup dan pemikiran beliau yg kontroversial tapi jg cemerlang itu. sedangkan dlm perspektif pesantren, pemikiran beliau merupakan bentuk pemikiran yg langka dan sangat sulit untk menempatkan beliau sebagai kyai tapi jg sangat sulit lagi untk menempatkan beliau sebagai bukan kyai. Ini artinya, kita sesungguhnya dpt menempatkan beliau sebagai kyai dan bukan kyai. Ketika kita menempatkan beliau sebagai kyai, maka yg perlu diperhatikan adlh mengenai sejauh mana kontribusi beliau dlm dunia Islam yg luas itu, dan ketika kita menempatkan beliau sebagai bukan kyai, maka yg perlu diperhatikan adlh mengenai sejauh mana beliau berinteraksi secara sosial untk memecahkan permasalahan sosial yg kompleks ini. tapi demikian, ditinjau dari perjalanan sejarah kehidupan beliau, ada suatu proses perjalanan hidup yg unik dlm menggapai pencapaian posisi spiritual maupun sosial beliau dlm hidup ini. yg mana sejarah menyebutkan, bahwa kehidupan beliau berawal sebagai seorang santri, kyai, budayawan, seniman, politisi, pemikir, pembaharu, dan seorang yg mampu mengangkat khazanah tradisional dlm dialog cosmopolitan yg actual, yg menurut Lukman Hakim, bahwa spirit yg membawa sosoknya sedemikian kuat itu, dilandaskan pd spiritualitas yg sangat kaya dgn kebebasan, kemerdekaan, penghargaan kemanusiaan, sekaligus askestisme yg tersembunyi dlm jiwanya: Dunia Sufi. Sedangkan dlm konteks memandang bentuk spiritualitas seorang Gus Dur, maka yg perlu diperhatikan adlh makna kyai, yg pd wilayah pertama -dari santri menjadi kyai- sangat terlihat wajar, tapi ketika dari kyai menjadi budayawan dan seniman, terlihat mulai mengalami ketidakwajaran proses yg menurut penulis merupakan cara belajar beliau dlm menangkap seni-seni dlm interaksi sosial yg kompleks untk mendapatkan pemahaman penting tentang bagaimana mengambil sikap dan keputusan dlm tiap masalah yg berhubungan dgn seni berinteraksi ini, dan ketika dari seniman menjadi politisi, maka sesungguhnya proses belajar untk memahamai komunikasi sosial itu telah berubah menjadi kerja nyata sebagai bagian dari masyarakat yg mengabdi kepada masyarakatnya. Dan proses itu mencapai titik puncaknya ketika beliau menjadi seorang politisi yg mampu memberikan kontribusi pemikiran yg berguna bagi masyarakat luas.

Keberhasilan beliau sebagai manusia yg sadar akan pentingnya tanggung jawab sosial dan spiritual ni merupakan bentuk paling dasar yg dpt kita amati sebagai tanggung jawab kesufian yg memang memperhatikan dua hal penting tadi. Karena itu, ketika membicaraan tentang kesufian beliau, kita tak hanya memperhatikan bagaimana kegemaran beliau mengunjungi makam auliya’, bersilaturahmi kepada para kyai, / memandang beliau melalui garis keturunan yg memang secara jelas merupakan keturunan darah biru Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, tapi lebih dari itu adlh bagaimana memandang pula tentang laku Sufistik Gus Dur yg pd sebagian besar sikap dan konsistensinya terhadap nilai-nilai tasawuf yg sama sekali tak terpaku pd simbolisme tasawuf sebagaimana gerakan kaum Sufi modern saat ini.

Jalan sufi Gus Dur berbeda dgn jalan sufi yg umum dijelaskan di masyarakat awam, yg penuh dgn jalan sufi yg sunyi dari hiruk pikuk pengaruh dan campur tangan urusan duniawi, jalan sufi yg menyendiri dan sunyi / jalan sufi yg digambarkan penuh medan terjal yg meminta bentuk kematian sebagai konsekuwensi logis. Jalan sufi Gus Dur dlm konteks ni ternyata sangat berbeda, karena dibangun atas dasar komunikasi sosial sebagai tugas sufisme yg logis dgn tujuan penciptaan yakni sebagai pengabdian kepada Tuhan, sehingga jalan sufi beliau memang sangat sederhana dlm melihat proses panjang menuju maqam mulia dlm tasawuf ini, yakni mengabdi secara sosial dgn tulus ikhlas untk mendapatkan penerimaan tertinggi dari manusia dan dari Tuhan. Tapi bukan berarti ‘sederhana dlm konteks ni dipandang sebagai sesuatu yg remeh, melainkan beliau menjelaskan jalan sufi itu -dalam ranah publik- sebagai sesuatu yg tak menyeramkan, menakutkan, sulit dan rumit, melainkan secara sederhana, mudah ditangkap dan dijalankan, dgn kadar perjuangan dan kemampuan masing-masing individu.

Sedangkan mengenai keberhasilan pemikiran taswuf Gus Dur ini, kita dpt melihat dari pencapaian NU yg mampu bergerak menuju perubahan pemikiran hingga pd akhirnya NU mampu terbuka terhadap berbagai kemungkinan peradaban yg memang mengharuskan untk berubah, dan Nu dlm wilayah sosial dan intelektual mampu memberikan konribusi yg meyakinkan bagi pembangunan. Sedangkan dlm wilayah spiritual, NU mampu terbuka dan menerima masukan dari berbagai macam organisasi, komunitas maupun kelompok-kelompok minoritas yg tersingkirkan di wilayah-wilayah sosial paling mengenaskan, untk diajak bersama-sama mengangkat diri menuju peradaban baru yg lebih baik melalui diskusi ilmiah, kepedulian sosial, dan lain sebagainya.

Menurut Gus Dur, cara pandang ulama tasawuf / para sufi atas segala sesuatu tidaklah hitam-putih / halal-haram sebagaimana ulama fikih. Karenanya, para sufi tak mudah menyalahkan pihak lain yg berbeda.Orang hukum yg begitu (mudah menyalahkan). Sufi ya tak begitu. Kita harus rendah hati. Mungkin justru kita yg keliru. Itu yg harus kita lakukan, kata beliau dlm suatu kesempatan diskusi. Pernyataan ni menunjukkan, bahwa sejatinya beliau tengah mengingatkan kita untk tak hanya melihat problem sosial melalui kaca mata fiqih / pendekatan normatif semata, tapi perlu pula untk menggunakan kaca mata dan pendekatan lain karena suatu permasalahan apapun bentuknya perlu dilihat melalui berbagai sudut pandang. Karena itu, Gus Dur menghimbau umat Islam untk terus belajar dan belajar berbagai bidang ilmu keagamaan. Tidak hanya mempelajari fikih, tapi jg mendalami tasawuf, mengingat Islam itu tak hanya satu bidang saja.
Jalan sufi Gus Dur adlh memandang hidup ni sebagai sesuatu yg memiliki kontribusi manfaat bagi perjalanan spiritual. Maksudnya, bahwa Islam sebagai agama dan tasawuf sebagai bentuk perjalanan spiritual memiliki gagasan dasar tentang kehidupan fi alam fana ni sebagai suatu kehidupan yg mementingkan asas manfaat, karena itu Islam dgn tasawufnya sangat mementingkan asas manfaat tersebut. Penerapan asas manfaat ni dlm wilayah sosial dpt ditampakkan dlm semangat terhadap berbagai perubahan menuju perbaikan, sebagaimana Gus Dur mengeluarkan pemikiran-pemikiran beliau karena mengingat masyarakat Indonesia sedang dlm proses menuju perubahan. Sedangkan dlm konteks menjadikan kehidupan sebagai masa untk mengabdi kepada Tuhan, Gus Dur berkata, Ayah saya meninggal umur 39 tahun, sekarang saya sudah 50 lebih. Berarti sudah kelebihan banyak. Tinggal bagaimana berbuat amal sebanyak-banyaknya disisa hidup saya ini. pernyataan ni berarti bahwa beliau berusaha menjadikan kehidupan ni untk meraih amal shalih sebanyak-banyaknya.

Ketika kita memahami jalan sufi Gus Dur yg menekankan diri pd kesadaran dan kepekaan sosial, maka perlu untk menjelaskan pula bagaimana kepercayaan diri beliau dlm menghadapi tiap permasalahan hidup ni sebagai suatu proses menuju sesuatu yg lebih baik dlm hidup. Menurut beliau, asalkan kita percaya bahwa kita menjalankan sesuatu yg berguna, maka itu sebetulnya sudah cukup. Adapun penilaian orang lain memang yg seringkali berbeda-beda, maka itu merupakan bagian dari kehidupan yg wajar, karena memang hidup itu berbeda-beda, tapi yg penting adlh bagaimana kita membingkai perbedaan itu dlm niat suci untk sebuah penghambaan kepada Tuhan, yg berarti kita tak seharusnya takut terhadap manusia tapi takut terhadap penilaian Tuhan kepada kita. Sehingga dgn demikian di dlm diri kita memiliki tanggung jawab moral kepada Tuhan. adapun filosofi Gus Dur dlm konteks ni adalah, selalu tegar, percaya diri, tak usah takut untk menegakkan kebenaran, karena becik ketitik ala ketara, yg baik akan kelihatan dan yg jelek akan tampak dgn sendirinya.
Jalan sufi Gus Dur yg berorientasi pd perjuangan sosial dpt dipahami sebagai proses untk mendapatkan bentuk terbaik bagi kehidupan di zaman modern ini. Dalam hal ni Gus Dur mengajak kita untk belajar dari orang-orang besar di zamannya. Dalam bidang politik, beliau menyarankan kita untk belajar kepada Bung Karno dgn semangat kebangsaannya, kecintaannya pd bangsa yg begitu terlihat jelas. untk sikap demokratisnya, kita dpt belajar dari Bung Hatta, sebab menurut Gus Dur, beliau adlh orang yg benar-benar demokrat, kompeten, dan memiliki kemampuan tinggi di bidang tersebut. Untuk intelektualitas, Gus Dur menyarankan untk belajar kepada Syahrir yg memang dikenal berpandangan jauh. Sedangkan dlm bidang kerakyatan, menurut Gus Dur kita dpt belajar dari Agus Salim dan Tan Malaka. Selain itu Gus Dur jg memandang perlu untk belajar dari ayahnya sendiri (KH. Wahid Hasyim) terkait dgn jasa-jasanya yg paling krusial mengenai Pancasila, dan soal Jakarta Charter.

Dalam jalan sufinya, Gus Dur mengajarkan kepada kita untk peka terhadap situasi sosial. beliau tak mengajarkan untk bangga kepada agama sendiri dan menganggap diri sebagai benar sendiri, padahal dlm konteks sosial itu kebenaran adlh milik bersama, dan peluang untk mengajarkan dan mengerjakan kebenaran dpt dilakukan oleh siapapun dlm agama apapun. Karena itu, beliau menegaskan untk tak berbangga hati terhadap pencapaian spiritual diri pribadi. Menurut beliau, lebih baik bangga mendapat pengakuan sebagai bagian dari warga umat manusia daripada bangga menjadi bagian kelompok tertentu. Kebanggan beliau kepada hal tersebut jelas terlihat ketika seorang pendeta Hindu dari India yg bernama Swami Shanti Prakash datang ke Indonesia, dan berkata kepada Gus Dur, Saya titip umat Hindu di sini pd anda. Inilah yg membuat Gus Dur bangga.

source : http://dailymotion.com, http://twitter.com

Itulah sedikit Artikel [Lowongan Dosen dan Pegawai] JALAN SUFI SEORANG GUS DUR terbaru dari kami

Semoga artikel [Lowongan Dosen dan Pegawai] JALAN SUFI SEORANG GUS DUR yang saya posting kali ini, bisa memberi informasi untuk anda semua yang menyukai Fiber Android. jangan lupa baca juga artikel-artikel lain dari kami.
Terima kasih Anda baru saja membaca Artikel Tentang [Lowongan Dosen dan Pegawai] JALAN SUFI SEORANG GUS DUR